PERBEDAAN URUTAN MENGAJAR SMASH NORMAL ANTARA AWALAN – MEMUKUL DAN MEMUKUL – AWALAN TERHADAP HASIL BELAJAR SMASH NORMAL PADA SISWA PUTRA (P-61)

1.1 Latar Belakang
1.1.1 Kebijakan Tentang Ekstrakurikuler
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk perkembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam undang-undang tersebut dan menghadapi era globalisasi, maka diperlukan peningkatan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan membentuk kualitas generasi muda sebagai generasi penerus bangsa yang tangguh. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan merupakan usaha yang penting bagi masa depan generasi muda agar mampu berperan aktif dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Beberapa upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, telah dilakukan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan melalui usaha-usaha perbaikan antara lain : peningkatan SDM, peningkatan sarana dan prasarana, kurikulum. SMK sebagai lembaga pendidikan menengah berperan menghasilkan
tenaga kerja tingkat menengah yang terampil komponen dan mandiri.

Pembinaan siswa SMK bertujuan untuk menyeimbangkan kemampuan otak kanan dan otak kiri dalam bentuk kegiatan ektrakulikuler. Kegiatan kesiswaan khususnya pada pembinaan ektrakulikuler Direktorat pembinaan SMK memfasilitasi beberapa kegiatatan yang diantaranya mengarah kepada kreatifitas dan inovasi dalam pengembangan bakat minat siswa serta pengembangan kepribadian. Sebagai usaha dalam merealisasikan kegiatan ektrakulikuler maka pada tahun 2007 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan menyediakan dana subsidi untuk memotivasi SMK mengembangkan Klub bakat dan Minat disekolah.

Pengembangan kegiatan ekstrakurikuler di SMK diharapkan secara umum dapat membekali siswa dalam mengembangkan kepribadian, bakat dan minat. Disamping itu juga diharapakan kegiatan ekstrakurikuler dapat digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan sikap sportifitas, menghargai karya seni serta kemampuan kecakapan hidup lainnya. Kegiatan ekstrakurikuler dapat didorong melalui pembentukan klub-klub dalam bidang olahraga, kesenian, pecinta alam, maupun klub-klub lainnya sesuai dengan minat dan potensi sekolah/masyarakat sekitar.

Evaluasi Kinerja Produser Terhadap Peningkatan Kualitas Program Acara Televisi Pada Pt. Pacific Televisi Anugerah Manado (MS-23)

1.1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang dengan sedemikian pesatnya. Hal ini tentunya membawa begitu banyak perubahan dalam kehidupan bermasyarakat dan tentunya juga didalam kehidupan dunia usaha. Salah satu dunia usaha yang sangat melekat erat dan tidak bisa terlepas dari perkembangan dari ilmu dan teknologi ini adalah dunia Penyiaran atau dalam hal ini dunia pertelevisian.

Perkembangan media informasi khususnya televisi, membuat dunia semakin hari semakin dekat saja. Meskipun arus informasi yang mengalir tersebut akan mempunyai dampak baik positif maupun negatif. Namun hal tersebut tidak lah bisa di elakkan karena perubahan zaman yang sangat dinamis saat ini.

Tahun 1962 menjadi tonggak pertelevisian nasional Indonesia dengan berdiri dan beroperasinya TVRI. Pada perkembangannya TVRI menjadi alat strategis pemerintah dalam banyak kegiatan, mulai dari kegiatan sosial hingga kegiatan-kegiatan politik. Selama beberapa dekade TVRI memegang monopoli penyiaran di Indonesia, dan menjadi “corong” pemerintah.

Tonggak kedua dunia pertelevisian adalah pada tahun 1987, yaitu ketika diterbitkannya Keputusan Menteri Penerangan RI Nomor:190/A/Kep/Menpen/1987 tentang siaran saluran terbatas, yang membuka peluang bagi televisi swasta untuk beroperasi. Seiring dengan keluarnya Keputusan Menteri tersebut, pada tanggal 24 Agustus 1989 televisi swasta RCTI resmi mengudara, dan tahun-tahun berikutnya bermunculan stasiun-stasiun televisi swasta baru. Berturut-turut adalah SCTV (24/8/1990), TPI (23/1/1991), Anteve (7/3/1993), Indosiar (11/1/1995), Metro TV (25/11/2000), Trans TV (25/11/201), dan Lativi (17/1/2002). Selain itu, muncul pula TV Global, dan TV7. Jumlah stasiun televisi swasta nasional tersebut belum mencakup stasiun televisi lokal regional seperti TV Borobudur (Semarang, Jawa Tengah), JTV (Surabaya, Jawa Timur), Bali TV (Bali), Pacific TV (Manado, Sulawesi Utara),dll.

Maraknya komunitas televisi swasta tentunya membawa dampak dalam kehidupan masyarakat, baik positif maupun negatif. Kehadiran mereka pun sering menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Pada satu sisi masyarakat dipuaskan oleh kehadiran mereka yang menayangkan hiburan dan memberikan informasi, namun disisi lain mereka pun tidak jarang menuai kecaman dari masyarakat karena tayangan-tayangan yang kurang bisa diterima oleh masyarakat ataupun individu-individu tertentu.

Bagaimanapun juga, televisi telah menjadi sebuah fenomena dalam masyarakat dengan kemampuan televisi yang sangat menakjubkan untuk menembus batas-batas yang sulit ditembus oleh media massa lainnya. Televisi mampu menjangkau daerah-daerah yang jauh secara geografis, ia juga hadir di ruang-ruang publik hingga ruang yang sangat pribadi. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar hidup yang bisa bersifat politis, informatif, hiburan, pendidikan, atau bahkan gabungan dari kesemua unsur tersebut yang dalam hal ini bisa dilakukan oleh televisi karena kemampuan istimewanya dalam mengkombinasikan antara gambar, suara, gerakan dan warna.

Kemampuan televisi yang luar biasa tersebut sangat bermanfaat bagi banyak pihak, baik dari kalangan ekonomi, hingga politik. Bagi kalangan ekonomi, televisi sering kali dimanfaatkan sebagai media iklan yang sangat efektif untuk memperkenalkan produk kepada konsumen. Sementara bagi kalangan politik, televisi sering digunakan sebagai media kampanye maupun sebagai media sosialisasi. Sehingga tidak mengherankan apabila seiring dengan berjalannya waktu dunia pertelevisian pun akhirnya menjadi suatu ladang bisnis yang sangat menguntungkan. Berlomba-lomba setiap stasiun televisi berusaha untuk mengembangkan kreativitasnya dalam melahirkan program-program acara televisi yang bermutu guna menjaring iklan sebanyak-banyaknya yang notabene merupakan sumber utama pemasukan bagi pengelola stasiun televisi.
Untuk mengembangkan kreativitasnya pihak pengelola stasiun televisi tentunya memiliki cara atau tekniknya masing-masing. Dan tentunya dalam hal ini pihak internal dalam suatu stasiun televisi yang bertanggung jawab akan keberhasilan suatu acara dalam menjaring minat penonton dan menjaring pemasukan bagi pengelola stasiun adalah Produser acara televisi.

Keberhasilan suatu acara menjaring penonton dan terlebih khusus menjaring iklan tentunya merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi oleh seorang Produser acara televisi. Disini tidak hanya kemampuan dalam memainkan intuisi saja yang harus dimiliki oleh seorang Produser tapi juga kemampuan teknis dan manajerial haruslah mutlak perlu untuk dikuasai pula. Karena tanpa adanya kemampuan teknis dan manajerial yang cukup dan memadai dari seorang Produser acara televisi, sebuah acara televisi yang bermutu dan kiranya mampu menyedot perhatian khalayak agaknya susah untuk dikembangkan.

Tolok ukur keberhasilan suatu acara televisi dalam menjaring penonton selama ini dapat dilihat dari posisi rating acara yang ditempati oleh acara tersebut. Semakin tinggi jumlah penonton yang mengikuti suatu acara maka semakin tinggi pula rating acara yang diduduki atau ditempati oleh acara tersebut. Semakin populernya suatu acara tentunya meningkatkan rating yang dimiliki oleh acara tersebut dan hal ini tentunya menjadi daya tarik bagi pemasang iklan. Rating sendiri merupakan suatu sistem yang diterapkan untuk mengetahui seberapa banyak penonton yang menonton atau menyaksikan suatu acara atau program televisi. Pihak penyelenggara Rating sendiri bisa berasal dari stasiun televisi itu sendiri atau juga dari lembaga independen semisal AMR (AC Nielsen Media Research).

Rating dalam hal ini bukan saja merupakan tolok ukur yang diambil untuk mengatahui kepopuleran suatu acara, namun di sisi lain dengan rating juga biasanya kinerja seorang Produser itu dinilai. Biasanya semakin tinggi rating suatu acara, maka semakin baik pula penilaian kinerja yang dimiliki oleh produser acara yang bersangkutan. Hal ini terjadi karena ini pada dasarnya sejauh ini belum ada tolok ukur baku yang bisa digunakan untuk mengetahui kinerja dari seorang produser acara televisi. Sehingga sampai dengan saat ini bisa dikatakan bahwa sistem rating lah yang menjadi tolok ukur dari penilaian kinerja sorang produser acara televisi.

Ada beberapa hal yang menyebabkan sistem rating tidaklah dapat digunakan sebagai panduan dalam menilai kinerja seorang produser acara televisi. yang pertama adalah, bahwa pada dasarnya sistem rating dibuat untuk menilai kesuksesan suatu acara. Yang menjadi obyek penelitian dalam sistem rating adalah penonton dari suatu acara dan bukan produser yang membuat acara tersebut. Yang kedua adalah, selera penonton dalam menonton suatu acara adalah berbeda-beda dan cenderung berubah sehingga tidak lah dapat dijadikan tolok ukur yang konstan dalam hal penilaian kinerja seorang produser. Sedangkan yang ketiga adalah survey yang dilakukan oleh lembaga rating dalam hal ini AC Nielsen paling tidak hanya dilakukan di enam kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Semarang dan Makassar. Hal ini tentunya tidak bisa mewakili keseluruhan selera penonton di Indonesia. Selain itu, sistem rating hanya bisa mengikutsertakan stasiun-stasiun televisi besar yang jangkauan siarannya luas dan notabene berada di area tempat pelaksanaan survey sehingga stasiun-stasiun tv lokal yang daerah jangkauan siarannya tidak sampai ke tempat dimana survey rating dilaksanakan tidak mendapat bagian penilaian.

Dari konsep pemikiran diatas maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa sampai sejauh ini belum ada standar pengukuran yang pasti untuk menilai kinerja seorang produser acara televisi. sementara dunia pertelevisian dewasa ini menuntut sumberdaya-sumberdaya manusia yang handal yang mampu untuk menciptakan acara-acara televisi yang kreatif dan berbobot dan yang disukai oleh penonton dan tentunya juga dapat diukur kinerjanya secara pasti dan jelas.

Berangkat dari pokok-pokok pikiran diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dalam penulisan proposal skripsi dengan judul: ”Evaluasi Kinerja Produser Terhadap Peningkatan Kualitas Program Acara Televisi pada PT. Pacific Televisi Anugerah Manado”

Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Karyawan Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan Pada Pt Sumatera Prima Fibreboard Inderalaya Ogan Ilir (MS-22)

Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), adalah mendapatkan orang-orang untuk mengisi organisasi. Biasanya yang menangani masalah ini dikoordinir oleh Departemen SDM dan melibatkan bagian-bagian lain yang terkait (pada organisasi yang besar). Pada organisasi yang kecil pemimpin dapat secara langsung melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain atau para ahli.

Namun pada keduanya ada satu langkah penting yang harus dilakukan sebelum melakukan penarikan tenaga kerja (recruitment), yaitu menentukan jenis atau kualitas pegawai yang diinginkan untuk mengisi jabatan tersebut dan rincian mengenai jumlah atau kuantitas yang nanti akan menempati jabatan tersebut. Dengan demikian fungsi atau kegiatan pertama dalam manajemen SDM adalah mendapatkan orang yang tepat, baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Setelah itu dilanjutkan pada penarikan tenaga kerja, seleksi penempatan, orientasi, promosi dan pemindahan atau mutasi.

Menurut (B Flippo, 1999, hal 31) metode yang paling sering digunakan dalam penentuan jenis atau kualitas tenaga kerja yang akan ditarik (recruitment) adalah analisis jabatan (job analysis). Job analysis terdiri dari dua kata job dan analysis. Job biasa diartikan sebagai jabatan, pekerjaan,
tugas, macam pekerjaan, dan kegiatan pekerjan. Analysis diterjemahkan memisah-misahkan atau menguraikan.
Beberapa astilah-istilah yang berkaitan dengan analysis jabatan : (Kogakusha, 2002, hal 23)
• Unsur (element) adalah kesatuan pekerjaan yang paling kecil.
• Tugas (task) adalah satu bagian atau satu komponen dari suatu jabatan.
• Posisi (position) adalah tugas-tugas dan tanggung jawab-tanggung jawab dari seorang pegawai.
• Jabatan (job) adalah sekelompok posisi yang hampir sama dalam suatu badan, lembaga atau perusahaan.
• Okupasi (occupation) adalah jabatan-jabatan yang hampir sama yang terdapat dalam banyak perusahaan atau daerah.
• Analysis jabatan (job analyasis) adalah suatu kegiatan yang mempelajari, mengumpulkan, dan mencatat informasi-informasi atau fakta-fakta yang berhubungan dengan masing-masing jabatan secara sitematis dan teratur.
• Uraian jabatan (job description) adalah suatu keterangan singkat yang ditulis secara cemat mengenai kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab-tanggung jawab dari suatu jabatan.

• Persyaratan jabatan (job specification) adalah suatu catatan mengenai syarat-syarat orang yang minimum yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu jabatan dengan sebaik-baiknya.
• Penilaian jabatan (job evaluation) adalah kegiatan yang dilakukan guna membandingkan nilai dari suatu jabatan dengan nilai dari jabatan atau jabatan-jabatan lain.
• Klasifikasi jabatan (job classification) adalah pengelompokkan jabatan-jabatan yang mempunyai nilai hampir sama.

Dalam proses analisis jabatan dokumen-dokumen penting yang dihasilkan adalah uraian jabatan dan persyaratan jabatan. Uraian jabatan mengandung catatan-catatan yang berhubungan dengan standar pelaksanaan pekerjaan, khususnya bila analisis jabatan memakai penyelidikan waktu dan gerak. Dalam hal demikian, maka uraian jabatan berisi rincian gerak yang termasuk dalam pelaksanaan atau produksi, lamanya waktu yang diperlukan untuk tiap gerak tersebut, dan standar hasil pekerjaan untuk semua jabatan. Persyaratan jabatan lebih menitik beratkan pada syarat-syarat mengenai orang yang diperlukan untuk mengisi jabatan tesebut.

Pendidikan dan pelatihan memberikan ikhtisar kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab-tanggung jawab dari suatu jabatan, hubungannya dengan jabatan-jabatan lain, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, dan kondisi kerja didalam mana jabatan itu diselesaikan. Pendidikan dan pelatihan
diadakan untuk memberikan pengertian tentang tugas-tugas yang terkandung dalam tiap jabatan, tetapi juga bagaimana melaksanakan tugas-tugas itu.

Pendidikan dan pelatihan digunakan untuk :
1. Mendapatkan kualitas dan kuantitas pegawai yang tepat yang diperlukan
untuk
Mencapai tujuan organisasi.
Persyaratan jabatan merupakan standar pegawai dengan mana pelamar jabatan dapat diukur. Isi persyaratan jabatan memberikan dasar untuk pembuatan prosedur seleksi.
2. Pelatihan
Uraian kewajiban-kewajiban dan alat-alat yang digunakan merupakan bantuan penting untuk mengembangkan isi program pelatihan.

3. Pendidikan
Uraian jabatan dan rincian syarat-syarat manusia dievaluasi berdasarkan nilainya dengan tujuan akhir menentukan nilai kompensasinya

4. Penilaian pelaksanaan pekerjaan

5. Daripada menilai pegawai berdasarkan sifat-sifatnya seperti dapat dipercaya dan prakarsa, sekarang ada suatu kecenderngan untuk menetukan sasaran jabatan dan menilai pekejaan yang dilakukan berdasarkan sasaran tersebut. Dalam jenis penilaian ini, uraian jabatan adalah berguna untuk merumuskan bidang-bidang di dalam mana sasaran jabatan ditentukan.

6. Promosi dan Pemindahan
Informasi jabatan membantu dalam merencanakan saluran-saluran promosi dan dalam mewujudkan garis-garis pemindahan.

7. Organisasi
Informasi jabatan yang diperoleh melalui analisis jabatan sering mengungkapkan hal-hal yang tidak baik dipandang dari sudut faktor-faktor yang mempengaruhi pola jabatan. Oleh karena itu proses analisis merupakan suatu jenis pemeriksaan organisasi.

8. Perkenalan
Bagi seorang peseta pelatihan yang baru, uraian jabatan paling berguna untuk tujuan perkenalan. Uraian jabatan membantu pengertian tentang jabatan dan organisasi.

9. Penyuluhan
Dengan sendirinya Informasi jabatan sangat banyak nilainya dalam penyuluhan jabatan. Penyuluhan demikian sebaiknya diadakan pada perguruan tinggi, karena banyak lulusan perguruan tinggi tersebut, tidak menyadari akan jenis-jenis jabatan yang ada. Penyuluhan juga diadakan apabila ada pegawai yang tampaknya tidak sesuai dengan posisinya sekarang.

10. Hubungan ketenagakerjaan
Uraian jabatan merupakan standar fungsi. Apabila pegawai berusaha menambah atau mengurangi kewajiban - kewajiban yang terdapat di
dalamnya, maka ini berarti bahwa ia tidak menaati standar. Sering timbul perdebatan dan dokumen tertulis tentang jabatan standar adalah berharga untuk memecahkan perdebatan demikian.

11. Perencanan kembali jabatan
Apabila majikan ingin menyesuaikan diri dengan suatu kelompok tertentu, misalnya dengan pegawai-pegawai cacat fisik, maka biasanya ia harus mengubah isi jabatan tertentu. Analisi jabatan memberikan informasi yang akan memudahkan perubahan jabatan-jabatan tersebut diisi oleh orang-orang yang mempunyai ciri-ciri khusus.

Informasi analisis jabatan mempunyai peranan yang penting sekali dalam perencanaan sumber daya manusia. Para perencanaan-peencanaan sumber daya manusia menggunakan data analisis jabatan dalam membandingkan kecakapan dari para pegawai yang diperlukan dengan kecakapan yang sesungguhnya ada untuk mengisi suatu jabatan tertentu dalam organisasi sampai tingkat dimana kecakapan yang sesungguhnya sudah tidak sesuai lagi dengan kecakapan yang dibutuhkan. Sehingga organisasi bisa mengambil beberapa tindakan untuk mengurangi ketidak sesuaian tesebut.

PT. Sumatera prima Fibreboard adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang produksi Medium Density Fibreboard (MDF) yang berlokasi di desa Tanjung Seteko KM.28 Inderalaya Ogan Ilir. Pada tahun 1999 terjadi reorganisasi yang melakukan banyak jabatan yang kosong. Dalam penempatan pegawai untuk mengisi jabatan yang kosong tersebut tidak tesebut tidak didasari pada pendidikan dan pelatihan karyawan akan tetapi berdasarkan pengangkatan oleh pimpinan secara langsung yang tentunya lebih bersifat subyektif. Dari penelitian awal yang penulis lakukan, hal tersebut menyebabkan produktifitas sulit untuk ditingkatkan dan cenderung menurun.Hal ini di sebabkan oleh ketidak sesuaian antara syarat-syarat jabatan dengan kualifikasi orang-orang yang menangani pekerjaan tersebut.

Dampak buruk lainnya yang disebabkan oleh hal tersebut adalah :
• Tingkat kemangkiran yang semakinmeningkat.
• Turunnya motivasi dalam bekerja bagi sebagian karyawan yang memegang jabatan tidak sesuai dengan kemampuannya sehingga proses produksi mengalami hambatan.
Dengan latar belakang permasalahan seperti diuraikan diatas maka
Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dalam bentuk dengan judul :
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KARYAWAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN PADA PT. SUMATERA PRIMA FIBREBOARD BULAN APRIL 2007.

Analisis pelaksanaan rekrutmen karyawan pada pt. Bormindo nusantara – duri (ADN-1)

A. Latar Belakang
Pada masa sekarang ini kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat pesat, terutama pada bidang teknologi industri. Pesatnya perkembangan dunia industri saat ini semakin banyak dirasakan manfaatnya terutama sekali dalam hal penyerapan tenaga kerja yang handal yang berperan dalam menghasilkan suatu produk yang baik dan bermutu.

Kunci keberhasilan perusahaan bukanlah semata-mata terletak pada alat-alat mutakhir berteknologi tinggi yang dipakai, melainkan terletak pada manusia yang berada dibalik alat-alat itu disamping sumberdaya lainya. Menurut Hamim (2005:32), manajemen sebagai proses khas yang menggerakkan organisasi adalah sangat penting, karena tanpa manajemen yang efektif tidak akan ada usaha yang akan berhasil cukup lama. Pemilihan dan penempatan tenaga kerja yang profesional dan ahli dalam bidangnya merupakan tujuan yang diharapkan oleh pihak manajemen dalam menjalankan segala aktifitas kerja perusahaan. Jadi tenaga kerja sebagai salah satu sumberdaya manusia tetap menjadi subjek dan tujuan dari manajemen terutama manajeman personalia.

Namun dalam kenyataannya, tidak dapat dipungkiri baik secara fisik maupun psikologis masing-masing tenaga kerja yang ada berbeda karakteristik satu dengan lainnya. Perbedaan ini dengan sendirinya akan menjadi permasalahan yang cukup sulit bagi pihak perusahaan dalam mengatur dan mengelola tenaga kerja tersebut. Menurut Thoha (2008:37) terbatasnya kemampuan seseorang membuat seseorang berbuat atau bertingkah laku yang berbeda. Menanggapi hal tersebut maka pihak perusahaan harus mampu menempatkan orang yang kompeten pada tempat yang tepat, sesuai dengan istilah the right man on the right place.

Untuk memenuhi tuntutan tersedianya sumber daya manusia seperti yang disebutkan diatas, maka cara yang harus dilakukan oleh pihak perusahaan adalah melaksanakan evaluasi kinerja dan melaksanakan rekrutmen yang baik dan tepat pada setiap pelaksanaan penerimaan karyawan. Evaluasi Kinerja atau penilaian prestasi karyawan dikemukakan oleh Leon C. Menggison (1881:310) dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2005:69) adalah sebagai berikut :”Penilaian prestasi kerja (peformance appraisal), adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya”. Menurut Mckenna, dan Nic Beech. (2000:119), Rekrutmen dan seleksi adalah perencanaan yang digunakan perusahaan yang berhubungan dengan penyediaan tenaga kerja. Rekrutmen merupakan proses penarikan sekelompok kandidat untuk mengisi posisi yang lowong, dan seleksi adalah pemilihan anggota baru dari kandidat yang tersedia.

Dengan demikian jelaslah bahwa pelaksanaan evaluasi kinerja dan pelaksanaan rekrutmen yang baik dan tepat, akan menghasilkan output yang baik dan tepat pula. Out-put dari pelaksanaan rekrutmen karyawan yang dilaksanakan adalah agar mendapatkan karyawan yang berkualitas sehingga pembinaan, pengembangan dan peningkatan kualitas kerja karyawan akan mudah dan pada akhirnya dapat meningkatkan aktifitas serta efektifitas kerja perusahaan.

PT. Bormindo Nusantara bergerak dalam bidang usaha jasa konstruksi dan eksplorasi pengeboran minyak bumi yang terletak di kota Duri Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau. Perusahaan yang mempunyai daerah operasi didaerah Duri dan sekitarnya ini, cukup banyak mempekerjakan tenaga kerja dengan berbagai jenjang pendidikan dan keahlian, antara lain : tingkat pendidikan Sekolah Menengah Umum, Sekolah Teknik Menengah (STM), Diploma, dan Sarjana (S-1).

Untuk memenuhi kebutuhan akan tersedianya tenaga kerja trampil yang akan digunakan dalam setiap aktifitas kerja pada PT. Bormindo Nusantara, ada beberapa persyaratan lamaran pekerjaan yang harus dipenuhi oleh calon pelamar. Persyaratan tersebut disesuaikan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, serta ditambah beberapa persyaratan khusus yang di tetentukan oleh pihak perusahaan.

Persyaratan yang di tentukan PT. Bormindo Nusantara-Duri antara lain:
1. Surat Lamaran (Permohonan Kerja).
2. Foto Copy KTP Riau.
3. Pas Photo 4 X 6.
4. CV (Curiculum Vitae)
5. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK).
6. Serat Keterangan Berbadan Sehat (Dokter)
7. Foto Copy Sertifikat Pengalaman Kerja (Keahlian Khusus)
8. Surat Rekomendasi

Pada tabel dibawah ini disajikan jumlah karyawan yang berhasil direkrut oleh perusahaan PT. Bormindo Nusantara – Duri melalui seleksi penerimaan karyawan dari tahun 2002 hingga tahun 2006.

Tenaga kerja yang direkrut untuk setiap tahunnya diharapkan mampu menunjang segala aktifitas kerja perusahaan. Namun dilapangan sering terjadi berbagai permasalahan yang pada umumnya disebabkan oleh manusia (human error).

Permasalahan yang sering terjadi di perusahaan antara lain:
1. Terjadinya kecelakaan kerja.
2. Mogok kerja karyawan perusahaan.
3. Pencurian barang/alat milik perusahaan.
Tingginya tingkat kecelakaan kerja dan permasalahan yang disebabkan oleh manusia/karyawan yang bekerja di PT. Bormindo Nusantara Duri merupakan salah permasalahan yang harus diperhatikan pihak perusahaan. Tabel 3 dibawah ini memperlihatkan tingkat kecelakaan kerja yang terjadi pada PT. Bormindo Nusantara Duri periode tahun 2002-2006.

Tingkat kecelakaan kerja yang tinggi akan berdampak negatif kepada perusahaan yang bersangkutan, yaitu kepada kinerja perusahaan misalnya hasil produksi, laba yang diperoleh atau produktifitas perusahaan akan menurun. Dan disamping itu juga akan mempengaruhi terhadap besarnya biaya untuk kecelakaan yang harus ditanggung oleh perusahaan.

Begitu pula halnya dengan terjadinya mogok kerja karyawan, secara langsung mengakibatkan terhentinya untuk sementara segenap aktifitas kerja perusahaan. Rasa tidak puas dengan keputusan yang dikeluarkan pihak manajemen, tuntutan kenaikan gaji dan juga rasa solidaritas sesama karyawan yang tergabung dalam Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) menyebabkan terjadinya mogok kerja.

Pencurian barang-barang ataupun peralatan yang merupakan aset perusahaan dilakukan baik oleh karyawan (internal perusahaan), bahkan juga bekerjasama dengan pihak luar perusahaan menunjukkan rendahnya moral karyawan yang telah direkrut perusahaan.
Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pelaksanaan rekrutmen karyawan pada PT. Bormindo Nusantara-Duri, dengan Judul ”ANALISIS PELAKSANAAN REKRUTMEN KARYAWAN PADA PT. BORMINDO NUSANTARA–DURI”.

SURVAI KONDISI FISIK ATLET PENCAK SILAT TAPAK SUCI USIA 13-18 TAHUN DI KECAMATAN WANADADI KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 (P-59)

1.1 Latar Belakang
Pembinaan olahraga di Indonesia dewasa ini semakin maju, hal ini tidak lepas dari peran serta masyarakat yang semakin sadar dan mengerti akan arti pentingnya olahraga itu sendiri, di samping adanya dukungan dan perhatian dari pemerintah dalam menunjang perkembangan olahraga di negara kita. Dalam kehidupan modern ini suatu kenyataan bahwa ada empat dasar tujuan manusia melakukan kegiatan olahraga yaitu:

1. Mereka yang melakukan kegiatan olahraga hanya untuk rekreasi, jadi segalanya dikerjakan dengan santai dan tidak formal, baik tempat maupun peraturannya.
2. Mereka yang melakukan kegiatan olahraga untuk tujuan pendidikan seperti misalnya anak – anak sekolah yang diasuh oleh guru olahraga. Kegiatan yang dilakukan formal, tujuannya guna mencapai sasaran pendidikan nasional melalui kegiatan olahraga yang telah disusun melaui kurikulum tertentu.

3. Mereka melakukan kegiatan olahraga dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani tertentu.
4. Mereka yang melakukan kegiatan olahraga tertentu untuk mencapai prestasi. ( Sajoto1988: 1-2 )
Terkait dengan poin ke empat untuk mencapai prestasi tersebut maka perlu adanya pembinaan olahraga.

Tujuan dari pembinaan olahraga itu sendiri untuk mengidentifikasikan calon atlet berpotensi, memilih jenis olahraga yang sesuai dengan potensi dan minatnya yang memperkirakan peluang untuk berhasil dalam program pembinaan sehingga dapat mencapai prestasi yang diharapkan, salah satunya Pencak Silat. Dalam Pencak silat yang merupakan hasil usaha budi daya manusia yang bertujuan untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan bersama, seiring perkembangan zaman Pencak Silat juga masuk dalam olahraga prestasi dan yang membedakan Pencak Silat dengan olahraga yang lain yaitu empat aspek yang merupakan satu kesatuan bulat, yakni aspek mental spiritual, beladiri, seni dan olahraga.

Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya perguruan-perguruan Pencak Silat di Indonesia,salah satunya adalah perguruan Pencak Silat Tapak Suci Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara.Perguruan ini berdiri tahun 1979, tepatnya pada tanggal 17 Juli 1979 dan sampai sekarang perguruan ini masih eksis dan selalu memunculkan atlet-atlet baru. Usaha untuk tetap mempertahankan keeksisan tersebut tidak mudah diperlukan pembinaan dan pengembangan yang optimal. Bahwa ada 4 aspek pokok yang menentukan prestasi olahraga, yaitu aspek biologis, aspek psikologis, aspek lingkungan dan aspek penunjang (Sajoto
1995:2-5).

Bahwa aspek biologis merupakan salah satu aspek yang tidak dapat diabaikan dan sangat diandalkan dalam menentukan tinggi rendahnya prestasi yang dicapai atlet. Hal ini disebabkan dalam aspek biologis terhadap salah satu
aspek yang disebut kondisi fisik, yaitu suatu tingkat kesegaran jasmani yang sangat diperlukan atlet untuk dapat berprestasi dalam suatu pertandingan.
Kesegaran jasmani dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas fisik secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Kondisi fisik merupakan salah satu faktor yang menentukan performance atau penampilan, sehingga runtuhnya kondisi fisik akan menyebabkan hilangnya keterampilan(Sajoto 1988:99).

Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik, maka seluruh komponen tersebut harus di kembangkan. Walaupun disana-sini dilakukan dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut, maka perlu diketahui selanjutnya adalah bagaimana seorang atlet dapat diketahui status dan keadaan kondisi fisiknya pada suatu saat. (Sajoto,1995:10).

Komponen kondisi fisik tersebut terdiri atas kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, daya tahan, daya ledak otot, koordinasi, keseimbangan, daya lentur, dan reaksi. Bahwa faktor penentu pencapaian prestasi maksimal, ada dua faktor yaitu faktor indogen (atlet) dan faktor eksogen. Salah satu faktor indogen yang sangat penting adalah kondisi fisik (Suharsono 1988:2-3).

Dengan latihan kondisi fisik, teknik, mental dan sebagainya dapat diketahui peningkatannya karena untuk meningkatkan fisik tidak dapat dilakukan dengan permainan itu sendiri. Mengapa faktor fisik? Karena faktor kondisi fisik memegang peranan penting dan merupakan komponen dasar untuk menuju
latihan-latihan berikutnya, kalau tidak di dukung dengan kondisi fisik yang prima seorang atlet tidak akan mampu melakukan latihan sesuai dengan porsinya, nilai fisik antara lain kualitas otot berdasarkan kinerja faal dan mekanisme otot yang sedang bekerja yang dipertimbangkan pada kekuatan otot, kapasitas anaerobik, kapasitas aerobik power, fleksibilitas (Boucard,1975:15-16).

Kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam program latihannya. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis serta ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai tingkat prestasi yang lebih baik, kalau kondisi fisik baik maka, 1)akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi kerja jantung, 2) akan ada peningkatan dalam kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, stamina dan nilai-nilai komponen kondisi fisik, 3) akan ada efisiensi gerak yan lebih baik pada waktu latihan, 4) akan ada pemulihan yang lebih cepat dari organ tubuh setelah latihan, 5) akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh apabila sewaktu-waktu respon demikian diperlukan(Harsono
1988:133).

Setiap usaha peningkatan kondisi fisik harus dikembangkan semua komponen yang ada, walaupun dalam pelaksanaannya perlu adanya prioritas untuk menentukan komponen mana yang perlu untuk mendapatkan porsi latihan lebih besar sesuai dengan olahraga yang ditekuni dalam hal ini pencak silat. Tidak adanya salah satu komponen pendukung akan mempengaruhi hasil yang dicapai. Demikian juga dalam olahraga pencak silat membutuhkan dasar fisik yang baik tetapi tidak meninggalkan faktor-faktor yang lain seperi teknik dan mental.

Sebelum seseorang atlet terjun karena pertandingan, ia harus berada dalam kondisi fisik dan tingkat kebugaran yang baik. Tanpa persiapan dan kondisi fisik yang baik atlet yang diterjunkan kepertandingan tidak akan berhasil. Kondisi fisik yang baik dapat menyebabkan stamina tidak cepat turun dengan drastis sewaktu dalam permainan atau pertandingan.

Dari paparan diatas maka peneliti ingin mengetahui bagaimana tingkat kondisi fisik atlet Pencak Silat Tapak Suci usia 13-18 tahun di Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara Adapun alasan peneliti mengapa perlu mengetahui kondisi fisik mereka adalah:
1. Kondisi fisik merupakan salah satu faktor penting yang dibutuhkan oleh atlet pencak silat untuk menjaga dan meningkatkan efektivitas latihan.
2. Kondisi fisik yang baik diharapkan dapat membantu atlet pencak silat selama permainan atau pertandingan
3. Dengan pembinaan kondisi fisik yan baik diharapkan dapat menghasilkan atlet-atlet pencak silat yang berkualitas.

Tinjauan Geografis Terhadap Upaya Pengembangan Kawasan Obyek Wisata Goa Lawa Di Kecamatan Karangreja Kabupaten Purabalingga (P-58)

A. Latar Belakang
Pembangunan Nasional merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Dalam pelaksananannya mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju, dan kukuh kekuatan moral dan etikanya. (GBHN 1999-2000)

Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dunia pariwisata dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata dilakukan bukan hanya untuk kepentingan wisatawan mancanegara saja, namun juga untuk menggalakan kepentingan wisatawan dalam negeri. Pembangunan kepariwisataan pada hakekatnya untuk mengembangkan dan memanfaatkan obyek dan daya tarik wisata yang berupa kekayaan alam yang indah, keragaman flora fauna, seni budaya, peninggalan sejarah, benda-benda purbakala serta kemajemukan budaya.

Dalam rangka mencapai tujuan pengembangan pariwisata maka pembanguan pariwisata harus diarahkan pada pemanfaatan sumber daya alam, makin besar sumber daya alam yang dimiliki suatu negara, maka semakin besar pula harapan untuk mencapai tujuan pembangunan dan pengembangan pariwisata.

Tujuan pengembangan pariwisata akan berhasil dengan optimal bila ditunjang oleh potensi daerah yang berupa obyek wisata baik wisata alam maupun wisata buatan manusia. Yoeti (1985: 5), mengatakan bahwa pembangunan dan pengembangan daerah menjadi daerah tujuan wisata tergantung dari daya tarik itu sendiri yang dapat berupa keindahan alam, tempat bersejarah, tata cara hidup bermasyarakat maupun upacara keagamaan. Dari uraian tersebut diatas sektor kepariwisataan perlu mendapat penanganan yang serius karena kepariwisataan adalah merupakan kegiatan lintas sektoral dan lintas wilayah yang saling terkait ,diantaranya dengan sektor industri, perdagangan, pertanian, perhubungan, kebudayaan, sosial ekonomi, politik, keamanan serta lingkungan.

Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, Kabupaten Purbalingga memiliki aset wisata yang cukup beragam yang dapat memenuhi segala kebutuhan kepariwisataan jika aset tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan Perda Bupati Nomor 15 Tahun 1996 tanggal 18 Desember 1996, Moto dan Etos Kerja Masyarakat Purbalingga adalah Perwira (Pengabdian, Ramah, Wibawa, Rapi dan Aman). Selain itu Purbalingga dikenal pula dengan berbagai macam predikat antara lain:
1. Kota Budaya

Karena ditemukannya peningggalan-peninggalan purbakala yang berbentuk candi, batu tulis, lingga, dan yoni
2. Kota Perjuangan

Semenjak perjuangan pergerakan kebangsaan Indonesia, Purbalingga tidak pernah ketinggalan dan ikut andil dalam perlawanan terhadap penjajah Belanda

maupun Jepang. Purbalingga melahirkan seorang Ksatri seperti Panglima Besar

Jendral Soedirman.

3. Kota Wisata

Kabupaten Purbalingga merupakan daerah yang menyajikan berbagai obyek dan daya tarik wisata yang menarik untuk dikunjungi antara lain berupa wisata alam, atraksi budaya, dan lain sebagainya.
(Dishubpar, Purbalingga 2004)

Salah satu potensi wisata yang menjadi obyek andalan dan merupakan obyek wisata yang potensial untuk dikunjungi adalah obyek wisata alam Goa Lawa yang terletak di Desa Siwarak Kecamatan Karangreja. Berdasarkan data statistik jumlah pengunjung obyek wisata, maka obyek wisata Goa Lawa merupakan salah satu dari tiga obyek wisata yang selalu diminati oleh para wisatawan setelah Kolam Renang Tirto Asri dan Taman Aquarium Purbasari.

Obyek wisata Goa Lawa merupakan obyek wisata dengan latar belakang kondisi alam yang sangat indah dengan pemandangan Gunung Slamet. Obyek wisata ini mempunyai daya tarik tersendiri yang mampu menarik wisatawan untuk berkunjung. Hal tersebut dikarenakan obyek wisata tersebut tidak hanya menyajikan potensi berupa Goa saja tetapi juga didukung oleh potensi yang lain seperti areal bermain untuk anak-anak, bumi perkemahan serta pemandangan yang indah dan udara pegunungan yang sejuk.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

Purbalingga tahun 2000. Untuk perencanaan kawasan pariwisata harus
diperuntukan bagi kegiatan pariwisata saja, yang sampai saat ini masih diperlukan peningkatan sarana dan prasarana. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW) tersebut ada kriteria-kriteria tertentu untuk pengembangan kawasan pariwisata antara lain:
1. Keindahan alam dan keindahan panorama

2. Masyarakat dengan kebudayaan yang bernilai tinggi dan diminati oleh wisatawan
3. Bangunan peninggalan budaya dan atau mempunyai nilai budaya yang tinggi

4. Tersedianya sarana dan prasaran air dan listrik

5. Mempunyai kepadatan penduduk yang relatif rendah

6. Mempunyai aksesibilitas yang tinggi

7. Lahan tersebut tidak telalu subur dan bukan lahan produktif

8. Adanya lahan yang mungkin bisa digunakan untuk areal perluasan kawasan

Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut Kecamatan Karangreja merupakan kawasan perencanaan untuk kawasan wisata alam yang dipusatkan pada tempat wisata Goa Lawa.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang kondisi obyek wisata tersebut dan pengembangan obyek tersebut dari sudut pandang geografis dengan mengambil judul “Tinjauan Geografis Terhadap Pengembangan Obyek Wisata Alam Goa Lawa Di Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga”, dengan mengikuti aturan penulisan dan bersifat obyektif.

Penggunaan Media Kit Ipa Dalam Menunjang Proses Pembelajaran Ipa Di Sekolah Dasar Daerah Binaan Iv Kecamatan Petarukan Pemalang (P-55)

A. Latar Belakang Masalah
Guru memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Sebagai sentral dalam proses pembelajaran, guru perlu meningkatkan kualitas kegiatan belajar dan mengajar di sekolah.
Di tingkat Sekolah Dasar, pola pikir siswa tentang suatu pengetahuan ditentukan sampai ke tingkat atau pendidikan yang lebih tinggi. Untuk memacu kualitas para siswa, diperlukan kemampuan berpikir kritis. Salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis adalah Ilmu Pengetahuan Alam (Sidharta, 1990: 1).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran, yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep- konsep yang terorganisasi dengan alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah, antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan ( Subiyanto, 1988: 47). Di dalam Ilmu Pengetahuan Alam, siswa dituntut memahami konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam, melalui kegiatan-kegiatan dari mengamati sampai menarik simpulan, sehingga terbentuk sikap kritis dan ilmiah. Dalam kenyataan dapat terlihat bahwa proses belajar dan mengajar Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah, banyak guru menyampaikan materi secara informatif dengan ceramah( Iskandar, 2001: 22).

Hasil penelitian Umar (1990: 7) mengungkapkan bahwa tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi Ilmu Pengetahuan Alam baru mencapai kurang dari separuh dari tuntutan kurikulum yang ideal. Dalam menghadapi masalah tersebut, apabila diamati dengan saksama, maka telah banyak pihak yang terkait di bidang pendidikan mencoba memecahkan persoalan rendahnya mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Misalnya melakukan inovasi, penataran, pelatihan, penelitian, penyediaan kurikulum. Berkaitan dengan penyediaan sarana pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional melakukan proyek pengadaan peralatan Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar yang berupa Komponen Instrumen Terpadu (Kit) Ilmu Pengetahuan Alam serta buku pedoman penggunaannya untuk guru.

Menurut Berta (1996: 17), media Kit IPA adalah peralatan IPA yang diproduksi dan dikemas dalam bentuk kotak unit pengajaran, yang menyerupai rangkaian peralatan uji coba keterampilan proses pada bidang studi IPA dan dilengkapi dengan buku pedoman penggunaannya.
Hasil penelitian Budiningsih (1994: 28) tentang intensitas penggunaan media Kit IPA di 16 Sekolah Dasar di wilayah Kodya Yogyakarta, menunjukkan bahwa secara keseluruhan sebenarnya kelengkapan media IPA adalah cukup, namun tidak seluruhnya dimanfaatkan oleh guru.

Dengan adanya media Kit Ilmu Pengetahuan Alam diharapkan dapat memacu proses dan hasil belajar siswa dengan kondisi dinamis, kreatif dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Namun, media Kit IPA ternyata belum dimanfaatkan oleh guru dengan seoptimal mungkin.

Menurut Hermiati (1999: 4), pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang selama ini dilaksanakan lebih mengandalkan olah kata, yang bersumber pada buku dan guru, media Kit Ilmu Pengetahuan Alam yang dirancang khusus untuk mempermudah siswa dalam mengaitkan langsung konsep- konsep pelajaran dalam alam sekitar, ternyata hanya tampak sebagai pajangan sekolah belaka. Telah kita ketahui bersama bahwa kegiatan dan eksperimen- eksperimen merupakan suatu usaha yang berharga dalam Ilmu Pengetahuan Alam sehingga dapat memberikan rangsangan penemuan-penemuan baru dalam teknologi.

Mengingat pentingnya media yang dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran, serta peran media dalam menunjang proses pembelajaran yang lebih baik, maka penulis mencoba untuk meneliti “Penggunaan Media Kit IPA dalam menunjang proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar Daerah Binaan IV Kecamatan Petarukan Pemalang”.

Pemahaman Guru Ips Terhadap Penilaian Kelas Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) DI SMP Negeri Kecamatan Jepara (P-57)

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal penting dan berkaitan langsung dengan aspek kehidupan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Pendidikan akan membawa perubahan sikap, perilaku dan nilai-nilai pada individu, kelompok dan masyarakat. Melalui pendidikan diharapkan Negara dapat maju dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan tuntutan zaman. Disamping itu pendidikan juga dituntut maju dan berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu pemerintah selalu mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan baik secara konvensional maupun inovatif.

Salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan adalah penyempurnaan kurikulum. Peningkatan kurikulum dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Mutu pendidikan yang tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, ramai, terbuka, demokratis dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan Warga Negara Indonesia. Kurikulum yang baik mampu menyediakan pengalaman belajar yang mencakup baik konsep maupun proses dimana ada keseimbangan antara kemampuan konseptual dan kemampuan prosedural. Pengalaman belajar yang mencakup konsep maupun proses dimana ada keseimbangan antara kemampuan konseptual dan kemampuan prosedural. Pengalaman belajar ini juga membantu siswa untuk memberikan sumbangan yang positif untuk masa depan dalam bidang sosial, ekonomi dan lingkungan yang tidak hanya lingkup

Indonesia tetapi mencakup lingkup yang lebih luas (Depdiknas 2003; 1).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurnaan dari KBK agar lebih familiar dengan guru, karena guru banyak dilibatkan diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai. Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar sistem pendidikan selalu relevan dan kompetitif. Penyempurnaan kurikulum ini dilakukan berdasarkan hasil kajian para pakar pendidikan yang tergabung di Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan juga masukan dari masyarakat yang terfokus terhadap dua hal yakni 1) pengurangan beban belajar kurang lebih 10%, 2) penyedarhanaan kerangka dasar dan struktur kurikulum. Penyempurnaan tersebut mencakup sikronisasi kompetensi untuk setiap mata pelajaran antar jenjang pendidikan, beban belajar dan jumlah mata pelajaran serta validasi empirik terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar (Mulyasa 2006:10).

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum opersional yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial dan budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik (Mulyasa 2006;8).

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan penjabaran dari standar isi dan standar kompetensi kelulusan. Di dalamnya memuat kompetensi secara utuh yang merefleksikan pengetahuan, ketrampilan dan sikap sesuai karakteristik masing-masing mata pelajaran (BP Dharma Bhakti 2007; 9).

Menurut Hamid Hasan dalam seminar Nasional Pendidikan – UNNES pada tanggal 15 Maret 2007 menyatakan bahwa komponen penilaian hasil belajar harus juga diungkap dalam sebuah dokumen kurikulum. Para pengembang kurikulum harus juga memiliki model penilaian (assessment) hasil belajar yang sesuai dengan informasi mengenai pengetahuan yang dimiliki peserta didik maka “pencil and paper test” dengan bentuk soal obyektif dapat digunakan. Meskipun demikian haruslah diingat bahwa kompetensi bukan hanya pengetahuan tetapi seperti dikemukakan oleh Becker (1997) dan Gordon (1988) dalam Hamid Hasan (2007: 8) kompetensi meliputi pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai, sikap dan minat. Oleh karena itu tes yang hanya mampu mengungkapkan pengetahuan dan pemahaman kurang tepat digunakan untuk aspek kompetensi lainnya.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sistem penilaian dilandasi oleh prinsip validitas, reabilitas, menyeluruh, berkesinambungan, obyektif dan mendidik (BP dharma Bakti 2007:7). Sehubungan hal tersebut, pendekatan penilaian yang digunakan adalah pendekatan penilaian berbasis kelas, yaitu pendekatan penilaian yang menitikberatkan pada penilaian sebagai ‘alat pembelajaran’ bukan tujuan pembelajaran (Nurhadi 2004: 164).

Penilaian berbasis kelas ini merupakan nama lain penilaian otentik. Penilaian otentik lebih dikenal dalam kajian penilaian pendidikan. Hakikat
keduanya sama. Landasan teoritis penilaian berbasis kelas terangkum dalam pengembangan penilaian otentik (Nurhadi 2004: 167).

Salah satu prosedur dalam penilaian berbasis kelas adalah penilaian portofolio. Penilaian portofolio digunakan dalam penilaian berbasis kelas karena penilaian tersebut memenuhi kriteria dari salah satu prinsip dalam penilaian berbasis kelas yaitu penilaian harus dilakukan secara komprehensif, adil dan berkesinambungan (Nurhadi 2004: 167).

Agar guru dapat menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam kegiatan pembelajaran maka guru harus memiliki pemahaman tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) termasuk didalam sistem penilaian dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Untuk itu peneliti ingin meneliti sejauh mana pemahaman guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terutama pemahaman guru IPS terhadap penilaian kelas yang digunakan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Kecamatan Jepara.

Penggunaan Penerbitan Majalah Mediahalo Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pelanggan Pada Produk Kartu Halo (KM-7)

1.1 Latar Belakang
Perusahaan adalah suatu bentuk sistem yang dikoordinasi oleh 2 orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Dikatakan merupakan suatu sistem karena terdiri dari berbagai bagian yang saling tergantung satu sama lain. Setiap perusahaan pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Salah satu keuntungan yang diperoleh, yaitu dengan menjual produk atau jasa sebanyak-banyaknya kepada konsumen dan pelanggan. Kelangsungan hidup suatu perusahan bergantung pada banyak dan tidaknya konsumen dan pelanggan yang dimiliki, karena merekalah yang dapat memberikan keuntungan kepada perusahaan. Tanpa konsumen dan pelanggan perusahaan tidak akan berjalan.

Konsumen dan pelanggan akan tertarik untuk membeli produk atau jasa yang perusahaan hasilkan apabila mereka memiliki sikap yang positif terhadap perusahaan. Sikap positif tersebut dapat terbentuk apabila konsumen dan pelanggan memiliki informasi yang cukup mengenai perusahaan dan produk atau jasa yang dihasilkannya. Informasi tersebut disampaikan pada konsumen dan pelanggan melalui proses komunikasi. Tanpa komunikasi tidak mungkin informasi bisa didapatkan, oleh karena itu komunikasi memegang peranan yang penting dalam perusahaan untuk menyampaikan informasi dari perusahaan kepada konsumen dan pelanggan.

Komunikasi merupakan suatu cara untuk melakukan perubahan, mendorong dan mempertinggi motivasi, serta alat untuk mencapai tujuan. Tujuan utama dari komunikasi adalah adanya perubahan sikap menjadi positif dari komunikan. Mencapai tujuan tersebut dalam perusahaan yang mempunyai pelanggan yang banyak dan heterogen tidaklah mudah, hal ini disebabkan adanya perbedaan kepentingan, kerangka pengetahuan dan pengalaman. Begitu pula PT Telekomunikasi Selular yang mempunyai konsumen banyak dan tingkat kedudukan yang berbeda.

PT Telekomunikasi Selular atau disingkat Telkomsel adalah salah satu perusahaan operator teknologi selular terbesar di Indonesia. Melalui visinya The Indonesian Wireless Telecommunication Solution Company, Telkomsel terus berupaya memberikan yang terbaik bagi pelanggan dan calon pelanggan. Salah satunya adalah dengan memberikan pelayanan akan informasi yang diperlukan pelanggan mengenai perusahaan. Oleh karena itu perlu dijalin komuniikasi yang baik antara perusahaan dengan pelanggannya, dengan tujuan terbinanya hubungan yang harmonis diantara keduanya, sehingga tujuan yang diemban perusahaan dapat tercapai. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan pelanggan adalah menerbitkan jurnal eksternal yang bernama mediaHALO.

Majalah mediaHALO pertama kali diterbitkan pada tanggal 26 Mei 1999 yang dikelola oleh Departemen Corporate Communications PT Telekomunkasi Indonesia. Majalah mediaHALO ini terbit secara bulanan yang didistribusikan melalui pos. Majalah mediaHALO ini berisikan aneka ragam informasi yang dikemas dalam berbagai rubrik pelanggan kita, info jaringan, info pembayaran, kuis smile, tips kartuHALO, GraPARI HALO, event HALO, service HALO, dan apresiasi pelanggan.

Majalah mediaHALO diharapkan menjadi media komunikasi antara perusahaan dengan pelanggannya, majalah mediaHALO diterbitkan dalam rangka menumbuhkan sikap positif pelanggan terhadap perusahaan. Setiap perusahaan selalu membutuhkan dukungan positif dari pelanggan agar dapat berlangsung terus. Oleh karena itu peranan media komunikasi sangat dibutuhkan sebagai sarana yang dapat menjembatani komunikasi antar perusahaan dan pelanggannya.

Dengan diterbitkannya majalah mediaHALO diharapkan dapat memperlancar arus informasi dari perusahan kepada pelanggan dan berdampak kepada tumbuhnya sikap positif pelanggan terhadap perusahaan.

Dilihat dari latar belakang yang diuraikan maka dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu “Bagaimana Penggunaan Penerbitan Majalah mediaHALO dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pelanggan Pada Produk Kartu HALO”.

Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Fasilitas Perpustakaan Dan Kinerja Pustakawan Terhadap Minat Baca Siswa Smk Negeri 2 Blora (P-54)

1. Latar Belakang
Perpustakaan sekolah sebagai salah satu sarana yang menunjang kegiatan belajar siswa sangat tepat digunakan sebagai satu cara untuk meningkatkan minat baca siswa, terutama para pelajar sebagai masyarakat ilmiah. Minat baca didefinisikan oleh Dirjen Dikdasmen (1996:125) sebagai keinginan kuat yang disertai usaha-usaha seseorang atau masyarakat untuk membaca.

Orang yang mempunyai minat baca besar ditunjukkan oleh kesediaanya atas dasar mendapatkan bahan bacaan dan kemudian membacanya atas dasar keinginan sendiri. Orang yang mempunyai minat baca yang kuat akan menjadikan membaca sebagai suatu kebiasaan sekaligus kebutuhan. Membaca merupakan suatu proses komunikasi antara penulis dan pembaca. Dalam proses ini terdapat tiga elemen yang harus dipenuhi yaitu penulis (writer), karya tulis (piece of literature) dan pembaca (reader). Dalam proses ini perpustakaan bertindak sebagai perantara antara penulis dan pembaca. Kebiasaan membaca adalah ketrampilan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan, bukan ketrampilan bawaan. Oleh karena itu kebiasaan membaca dapat dipupuk, dibina dan dikembangkan.

Menurut Dawsen dan Bahan dalam buku M. Rahman (1985:6) menyatakan bahwa fasilitas perpustakaan mempengaruhi minat baca siswa, sehingga agar minat baca siswa dapat meningkat maka sekolah harus menyediakan fasilitas perpustakaan yang memadai. Perpustakaan sekolah dapat dikatakan baik apabila dalam perpustakaan itu sendiri dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas penunjang seperti tersedianya bahan-bahan pustaka yang tidak hanya berhubungan dengan pelajaran tetapi berkaitan juga dengan berbagai jenis bacaan yang meningkatkan pengetahuan siswa, tersedianya ruangan khusus yang digunakan sebagai perpustakaan bukan ruangan serbaguna, serta tersedia meja dan kursi untuk membaca di perpustakan.

Dawsen dan Bahan dalam buku M. Rahman (1985:6) menyebutkan selain dipengaruhi oleh tersedianya fasilitas perpustakaan sekolah, minat baca juga dipengaruhi oleh kinerja dari pustakawan. Menurut Poerwodarminto (1988:507), kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan. Kinerja menurut As’ad (2001:48) adalah keberhasilan seseorang pekerja terkait dengan keberhasilan dalam menyelesaikan tugasnya hal tersebut dapat dilihat dari sisi kualitas dan ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulan bahwa kinerja adalah prestasi atas suatu pekerjaan yang dapat dilihat dari sisi kualitas dan ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Sedangkan pustakawan berdasarkan Keputusan Menpan RI No. 18 Th. 1998 adalah pegawai negeri sipil yang diberi tanggungjawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi, dan informasi pemerintah atau unit-unit informasi lainnya. Pustakawan perpustakaan sekolah adalah seorang yang telah memiliki pendidikan ilmu perpustakaan serendah- rendahnya Diploma II (DII) dan bertugas penuh di perpustakaan sekolah.

Fungsi dari pustakawan adalah melayani serta menyediakan informasi sehingga diharapkan pustakawan mampu membaca apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh murid, selain itu juga diharapkan pustakawan memiliki pengetahuan tentang kearsipan. Pustakawan adalah orang-orang yang secara fungsional mempunyai tanggung jawab baik secara langsung atau tidak langsung bagi pelayanan perpustakaan bagaimanapun lengkapnya koleksi dan fasilitas perpustakaan, kalau tidak ditangani oleh personal yang memadai maka kekayaan yang tersedia di perpustakaan kurang mempunyai makna dan arti.

Tinggi rendahnya kinerja pustakawan dapat dilihat dari bagaimana pustakawan memberikan pelayanan terhadap para pengunjung. Pelayanan merupakan kunci sukses dalam penyelenggaraan perpustakaan oleh karena itu, setiap petugas perpustakaan harus memiliki motivasi yang kuat, wawasan yang luas, dan senantiasa berupaya secara aktif untuk meningkatkan pelayanan. Dengan pelayanan yang baik dari pustakawan siswa akan tertarik untuk membaca buku-buku di perpustakaan sehingga minat baca siswa meningkat.

SMK Negeri 2 Blora adalah sebuah sekolah menengah kejuruan di Blora. Sekolah yang memiliki akreditasi B atau baik dari Departemen Pendidikan Nasional tersebut berusaha mencetak lulusan yang siap kerja dan bersaing dalam dunia kerja. Untuk mewujudkan hal tersebut siswa dibekali dengan berbagai keahlian yang disesuaikan dengan kebutuhan kerja saat ini. Di SMK Negeri 2 Blora terdapat empat program keahlian yaitu Sekretaris, Penjualan, Akuntansi, dan Tata Busana.

Sesuai dengan hasil penelitian awal di SMK Negeri 2 Blora, peneliti menemukan bahwa koleksi buku di perpustakaan sekolah cukup lengkap hal ini terlihat dari adanya koleksi buku-buku yang sesuai dengan kurikulum yang terbaru, sedangkan ruang perpustakaan SMK Negeri 2 Blora tertata dengan rapi dan sistematis, dipandang dari segi estetika dan ergonomis juga cukup baik Perpustakaan di SMK Negeri 2 Blora juga dilengkapi dengan ruang baca, ruang tamu, ruang referensi, ruang kerja dan juga tersedianya katalog untuk memudahkan siswa dalam pencarian buku.

Sedangkan kinerja dari pustakawan sekolah SMK Negeri 2 Blora, peneliti menyimpulkan bahwa pustakawan telah berusaha keras untuk memajukan perpustakaan dan menjalankan fungsinya dengan baik hal ini terlihat dari keramahan yang diberikan oleh pustakawan saat memberikan pelayanan serta program kerja yang telah disusun dan akan dilaksanakan selama satu tahun kedepan dan dalam pelayanannya telah dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku terbukti dengan adanya tiga tenaga kerja yang masing-masing bertugas melayani dibagian sirkulasi, melayani dibagian referensi dan yang satunya melayani dibagian membaca. Dari segi teknis ada dua tenaga kerja yang masing-masing bertugas dalam bidang pengadaan bahan pustaka dan yang satunya bertugas sebagai pengolah atau penyusun. Pustakawan juga membuat tata tertib perpustakaan SMK Negeri 2 Blora yang harus ditaati oleh pemakai perpustakaan tersebut. Pada tahun 2006
Perpustakaan SMK Negeri 2 Blora mendapatkan penghargaan juara 3 sebagai
Perpustakaan yang baik sekotamadya dan pada tahun 2007 mendapatkan juara
1 dengan tema yang sama sekabupaten Blora

Namun demikian ternyata minat baca di SMK Negeri 2 Blora masih rendah hal ini terlihat dari data statistik kunjungan siswa di perpustakaan dalam laporan pertigabulan pada tahun 2007, laporan III ( Oktober, Nopember, Desember) ada 6.281 siswa kelas 1,2, maupun 3 yang berkunjung di perpustakaan , pada laporan I tahun 2008 ( Januari, Februari, Maret) ada
6.054 siswa kelas 1,2, maupun kelas 3 yang berkunjung di perpustakaan, dan pada laporan II tahun 2008 ( April, Mei, Juni) ada 5.585 siswa kelas 1,2, maupun 3 yang berkunjung di perpustakaan. Dari data tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah minat baca dipengaruhi oleh fasilitas perpustakaan dan kinerja pustakawan sekolah.

Untuk menelusuri seberapa besar faktor tersebut berpengaruh terhadap minat baca siswa maka penelitian ini perlu dilakukan.
Dari uraian diatas, penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul “PENGARUH FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN KINERJA PUSTAKAWAN TERHADAP MINAT BACA SISWA SMK NEGERI 2 BLORA”.

Efektivitas Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C Dan Kontribusinya Terhadap Pajak Daerah Di Kabupaten Semarang Tahun 2004-2007 (EP-11)

1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan pembangunan adalah meningkatkan pendapatan nasional, sekaligus menjamin pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan rasa keadilan dalam mewujudkan asas keadilan sosial. Dalam melaksanakan pembangunan nasional segenap kemampuan modal dan potensi dalam negeri harus dimanfaatkan sebesar-besarnya dengan disertai kebijaksanaan serta langkah-langkah guna membantu, membimbing pertumbuhan dan meningkatkan kemampuan yang lebih besar bagi golongan ekonomi lemah untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.

Melalui otonomi daerah, pembangunan ekonomi daerah diharapkan terwujud melalui pengelolaan sumber-sumber daerah. Otonomi daerah dapat diartikan sebagai wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dan batas wewenang yang diberikan pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa pemerintah dan masyarakat di daerah dipersilahkan mengurus rumah tangganya sendiri secara bertanggung jawab. Peran pemerintah pusat dalam desentralisasi ini hanya melakukan supervisi, memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan otonomi daerah. Dengan adanya otonomi daerah, maka pemerintah daerah diberikan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya. Langkah- langkah yang diambil yaitu dengan menggunakan sumber keuangannya sesuai dengan batas-batas peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk merealisasikan pelaksanaan otonomi daerah maka sumber pembiayaan pemerintah daerah tergantung pada peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal ini diharapkan dapat menjadi penyangga utama dalam membiayai kegiatan pembangunan di daerah. Oleh karena itu pemerintah daerah harus dapat mengupayakan peningkatan penerimaan yang berasal dari daerah sendiri sehingga akan memperbesar tersedianya keuangan daerah yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan pembangunan. Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari :
a. Pajak daerah;

b. Retribusi daerah;

c. Bagian laba usaha daerah

d. Pendapatan asli daerah yang sah lainnya


Pajak berhubungan dengan pembangunan yaitu sebagai potensi yang harus digali dalam pembangunan ekonomi. Pajak memiliki dua fungsi yaitu fungsi Budgeter dan fungsi Mengatur (Reguierend). Budgeter adalah fungsi yang terdapat disektor publik dan pajak disini merupakan suatu alat atau suatu sumber untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas negara yang pada waktunya digunakan untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran negara.

Fungsi Mengatur (Reguierend) adalah pajak yang digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di luar bidang keuangan. Fungsi ini biasanya terdapat pada sektor swasta. Alat pembangunan tersebut didasarkan melalui tarif-tarif pajak, baik pajak langsung maupun pajak tidak langsung yang berada dalam sistem pengenaan pajak-pajak berupa pembebasan pajak-pajak dan pemberian insensif-insensif atau dorongan-dorongan.

Dalam menjalankan otonomi daerah yang dimulai pada tahun 2001, masing-masing daerah dituntut untuk berupaya meningkatkan sumber pendapatan asli daerah agar mampu membiayai penyelenggaraan pemerintah. Dalam meningkatkan pendapatan asli daerah dapat dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi melalui efektivitas pemungutan yaitu dengan mengoptomalisasikan potensi yang ada dan terus menggali sumber-sumber pendapatan yang baru tidak terkecuali daerah di Kabupaten Semarang.



Melihat perkembangan realisasi penerimaan pajak daerah di Kabupaten Semarang dari tahun 2004 hingga tahun 2007 pada tabel 1.1 diatas selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 sebesar Rp.624.945.653,00 tahun 2006 sebesar Rp.1.780.753.789,00 dan tahun 2007 sebesar Rp.874.906.196,00.
Peningkatan jumlah penerimaan pajak daerah di Kabupaten Semarang pada tahun 2004 hingga tahun 2007 tidak terlepas dari jenis penerimaan pajak daerah seperti pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, dan pajak pengambilan bahan galian golongan C yang ada di Kabupaten Semarang.

realisasi jenis penerimaan pajak daerah di Kabupaten Semarang pada tahun 2004 hingga tahun 2007 mengalami peningkatan. Jenis penerimaan yang terbesar adalah pajak penerangan jalan yang selalu meningkat dari tahun 2004 hingga tahun 2007. Berikutnya dapat dilihat pula jenis penerimaan pajak pengambilan bahan galian golongan C yang memiliki penerimaan terkecil meskipun pada akhirnya penerimaan pajak pengambilan bahan galian golongan C mengalami peningkatan dibandingkan pajak hiburan.

Perkembangan penerimaan pajak pengambilan bahan galian golongan C tersebut dapat dilihat dari tahun 2004 ke tahun 2005 yang mengalami peningkatan sebesar Rp.23.831.370,00. Kemudian pada tahun
2005 ke tahun 2006 mengalami peningkatan pula sebesar Rp.12.216.848,00 dan terakhir tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar Rp.9.970.400,00. Meskipun dari tahun 2004 hingga tahun 2007 peningkatan tersebut mengalami penurunan penerimaan.

realisasi penerimaan pajak pengambilan bahan galian golongan C di daerah Kabupaten Semarang, setiap bulannya mengalami peningkatan dan ada yang mengalami penurunan penerimaan dari tahun 2004 hingga tahun 2007 bahkan ada beberapa bulan yang tidak mendapat penerimaan dari pajak tersebut dikarenakan pemungutan pajak dilakukan sebulan setelah pengambilan bahan galian sehingga pada bulan Januari yang harusnya dibayar oleh wajib pajak, telah terlunasi pada bulan Desember tahun 2003. Hal ini dianggap rutin setiap tahunnya, tetapi pada tahun 2006 dan 2007, terjadi penerimaan dari tanah urug yang bersifat insidentil.

Penentuan ukuran potensi cadangan tambang galian golongan C berdasarkan kebijakan dari Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan dan Energi yang ada di Kabupaten Semarang. Potensi cadangan tambang disebutkan besar bila kapasitas volume lebih besar dari 5.000.000 m3, sedang
yaitu antara 1.000.000 m3 hingga 5.000.000 m3 dan kecil bila volumenya

kurang dari 1.000.000 m3.

Sumber dari Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Semarang, menyatakan bahwa sepuluh jenis bahan galian golongan C yang ada di Kabupaten Semarang yaitu andesit, bentonit, batu gamping, trass, kaolin, pasir urug, pasir, tanah liat dan kerikil, hanya andesit dan tanah urug yang dilakukan penarikan pajak. Sedangkan, bahan galian golongan C yang lainnya belum dapat dioptimalkan oleh pemerintah daerah di Kabupaten Semarang, maka peneliti memfokuskan pada keefektifan dalam pemungutan pajak pengambilan bahan galian golongan C di Kabupaten Semarang apakah telah memenuhi target yang dianggarkan dan sesuai dengan prosedur pelaksanaan atau terdapat kendala dalam pemungutannya sehingga menyebabkan kontribusinya rendah. Maka timbullah pemikiran untuk melakukan suatu penelitian dengan judul :
“Efektivitas Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C dan

Kontribusinya Terhadap Pajak Daerah Di Kabupaten Semarang Tahun 2004-2007”

Untuk mendapatkan koleksi Judul Tesis Lengkap dan Skripsi Lengkap dalam bentuk file MS-Word, silahkan klik download
Atau klik disini

Peranan Kesejahteraan Dalam Upaya Meningkatkan Disiplin Dan Prestasi Kerja Pegawai Pada PT. Arjaka Indotrans Jakarta Bidang Eksport & Import (AN-6)

A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan pesatnya industrialisasi pada saat ini banyak bermunculan perusahaan - perusahaan besar dan kecil untuk melengkapi kebutuhan-kebutuhan yang ada di masyarakat khususnya dalam bidang Eksport dan Import seperti PT. Arjaka Indotrans Jakarta. Kesemua itu tidak lepas dari peran serta tenaga, kerja yang merupakan kebutuhan yang sangat utama didalam melaksanakan atau menj alankan usahanya.

Tenaga kerja manusia sering disebut sebagai karyawan atau buruh adalah terkait dengan keahlian yang diperlukan perusahaan sehingga mendapatkan imbalan berupa uang atau barang sebagai balas jasa atas tenaga, pikiran dan kemampuan yang mereka berikan kepada perusahaan. Menurut Drs. Malayu Hasibuan (2000 : 20) "Kesejahteraan pegawai adalah balas jasa pelengkap (material dan non material) yang diberikan berdasarkan kebijaksanaan, bertujuan untuk mempertahankan dan memperbaiki agar produktivitas kerjanya meningkat."


Gambaran umum kerja merupakan hakikat kehidupan. manusia. Selama manusia hidup, harus selalu bekerja. Dapat dikatakan bekerja merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Sebagai bagian yang paling dasar, bekerja juga dapat membenlan status tertentu bagi seseorang di masyarakat yang ada di lingkungarmya. Di samping itu bisa mengikat individu lain baik yang bekerja atau tidak sehingga kerja akan memberikan isi dan makna bagi kehidupan manusia yang bersangkutan terutama apabila diberikan penilaian yang layak terhadap peningkatan produktivitas kerjanya.

Menurut pendapat Slamet Susanto dan juga Gary Dessler, tenaga kerja adalah yang memberikan daya saing untuk organisasi kelas dunia Keunggulan organisasi bergantung pada para pegawainya. Itu berarti terdapat peningkatan atas peran SDM pada saat tahun 2007 sekarang dibanding dengan peran SDM di masa lalu sekitar tahun 1990-an. Di mana pada masa lalu SDM banyak diperlakukan dari fungsinya sebagai "mesin" yang membantu organisasi dalam mencapai tujuannya.

Sumber Daya Manusia adalah segalanya dalam sebuah organisasi atau perusahaan, maka hal itu memberikan konsekuensi pada keharusan untuk memenuhi kepuasan kerja dan kebutuhan-kebutuhan hidup dari pegawai. Terlebih lagi, jika organisasi tersebut berbentuk perkantoran seperti Perseroan Terbatas (PT) , maka pemenuhan kepuasan kerja pegawai merupakan hal yang urgen Karena kualitas dan kemajuan sebuah perusahaan seperti PT. Arjaka Indotrans Jakarta sangat ditentukan oleh kualitas para Pegawai yang membantu kelancaran kegiatan organisasi perkantoran tersebut.

Menurut Nitisemito, bahwa untuk dapat meningkatkan kinerja dari SDM, pimpinan perlu menumbuhkan semangat dan kegairahan kerja para pegawainya. Karena itulah semangat dan kegairahan kerja pada hakikatnya adalah merupakan perwujudan dari produktivitas yang tinggi. Bahkan ada yang mengidentikan secara bebas bahwa kinerja SDM yang tinggi adalah hasil tambah semangat dan kegairahan kerja. Semangat kerja itu sendiri adalah melaksanakan pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Sedangkan kegairahan kerja adalah kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan meskipun semangat kerja tidak mesti disebabkan oleh kegairahan kerja, tetapi kegairahan kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap semangat kerja. (Nitisemito, Dialog Bisnis , 60 :2001)

Upaya Perusahaan dalam memperhatikan karyawannya, para pemimpin instansi/perusahaan dapat menciptakan lingkungan yang tenang dan aman bagi semua pihak, berarti pula menjalin kerjasama dengan baik dan serasi diantara Unit kerja dan para karyawannya. Karena dengan selalu memperhatikan dan kerjasama dengan para karyawan sudah barang tentu dapat meningkatkan produktifitas dan disiplin kerja pegawai serta kecintaan akan pekerjaan yang tinggi dikalangan mereka akhirnya dapat memberikan keuntungan dan sekaligus memajukan bagi pihak instansi/perusahaan itu sendiri.

Pengaruh Kesejahteraan Dalam Upaya Meningkatkan Disiplin dan Prestasi Kerja Pegawai pada PT. Arjaka Indotrans Jakarta Bagian Eksport dan Import berdampak pada kedisiplinan kerja para pegawai itu sendiri Menurut Drs. Malayu SP (1999 18 ) dalam bukunya Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah, mendefnisikan : "Disiplin adalah Kesadaran dan kesediaan sesorang mentaati semua peraturan instansi dan norma-norma sosial yang berlaku. " Pada umumnya disiplin kerja pegawai dipengaruhi oleh besar kecilnya gaji dan upah suatu instansi/perusahaan, merupakan sasaran utama bagi pencari kerja sebelum mereka memperhitungkan jenis pekerjaan dan resikonya. Jelas disini bahwa yang memberikan upah dan gaji yang besar merupakan peluang untuk menarik calon tenaga kerja disamping suasana kerja. Dengan adanya pelamar yang banyaknya pelamar dapat memilih tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang ada.

Proses sistem Upah dan Gaji untuk kesejahteraan pegawai berpedoman pada sistem akutansi, perhitungan kesejahteraan merupakan hal yang kompleks, jika timbul kesalahan dalam perhitungan kesejahteraan dapat merugikan karyawan dimana karyawan tersebut tidak meneliti kembali secara seksama berapa besarnya gaji yang mereka terima. Disamping itu gaji harus bisa menjamin karyawan dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Seluruh karyawan akan bekerja dengan baik dan mencintai pekerjaannya apabila kepada mereka diberikan upah dan kesejahteraan yang memadai sesuai dengan apa yang diberikannya dan dihasilkan, dengan memperhatikan tingkat pendidikan dan keahlian yang dimilikinya. Pemberian gaji dan upah tepat pada waktunya merupakan hak daripada karyawan.

Oleh karena itu gaji harus dikelola dengan cermat dan jangan sampai merugikan perusahaan. Berdasarkan uraian di atas penulis membuat judul skripsi yaitu " Pengaruh Kesejahteraan Dalam Upaya Meningkatkan Disiplin dan Prestasi Kerja Pegawai pada PT. Arjaka Indotrans Jakarta Bagian Eksport dan Import ".
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Peranan Komputer Dalam Pengelolaan Administrasi Pada Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Wajo (AN-5)

Dalam era globalisasi dewasa ini, dimana dunia semakin terasa sempit karena kemajuan teknologi, terutama di bidang informasi, komunikasi dan teknologi, terlihat tuntutan tugas bagi semua pihak yang semakin meningkat dan semakin berat. Dikalangan organisasi pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, mereka terasa perlunya penyelesaian tugas umum pemerintahan dan pembangunan dengan cepat, berdaya guna dan berhasil guna.

Proses pelaksanaan administrasi dapat dipercepat dan dipertepat serta praktis dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, di samping dengan menggunakan cara kerja yang sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi, organisasi dan manajemen yang moderen.


Administrasi, organisasi dan manajemen yang moderen itu hanya dapat terwujud apabila manusia sebagai pelaksananya berpikiran moderen dan maju atau disebut juga manusia moderen. Manusia moderen adalah mereka yang sadar dan berusaha meningkatkan “mutu hidupnya”. Mutu hidup itu hanya dapat terwujud apabila ia bekerjasama dengan orang lain dalam berbagai bentuk organisasi (organisasi pemerintah, organisasi niaga dan organisasi kemasayarakatan lainnya).

Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan yang harus dilakukan mulai dari mengumpulkan, menginterprestasi, menyimpan dan menyalurkan data kepada pemakai, maka pada abad teknologi sekarang ini penangannannya akan lebih efisien dan ekonomis apabila dilakukan dengan menggunakan alat-alat elektronis seperti komputer dalam mengolah data menjadi informasi.

Komputer dapat bekerja dengan sangat cepat dalam mengolah data, menganalisa data, mengklasifikasi data, menyimpan data dan mengambil data dari tempat penyimpanannya, maka sangatlah tepat bila organisasi yang kegiatan-kegiatannya banyak dan kompleks untuk memanfaatkannya.

Namun perlu disadari bahwa komputer itu akan berarti dan berguna di dalam organisasi terutama dalam pelaksanaan tugas-tugas administrasi seperti di sebutkan di atas apabila ditunjang dengan kemampuan manusia yang mempergunakannya.
Tegasnya berhasil tidaknya proses komputerisasi sangat tergantung dalam setiap organisasi. Jadi komputer adalah hanya merupakan alat bagi manajemen dalam melaksanakan aktivitas-aktivitasnya.

Sehubungan berbagai pembahasan dikemukakan di atas, maka dicoba untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Peranan Komputer Dalam Pengelolaan Adminiistrasi Pada Kantor Dinas Pendidikan Kabuparten Wajo”
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini


Efektivitas Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Di Desa Persiapan Salohe Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai (AN-4)

A. Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut pentingnya pengelolaan pajak tersebut menjadi prioritas bagi pemerintah. Ada berbagai jenis pajak yang dikenakan kepada masyarakat, namun dari beberapa diantaranya Pajak Bumi dan Bangunan merupakan jenis-jenis pajak sangat potensil dan strategis sebagai sumber penghasilan Negara dalam rangka membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Salah satu aspek penunjang dalam keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan nasional selain dari aspek sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya lainnya adalah ketersediaan dana pembangunan baik yang diperoleh dari sumber-sumber pajak maupun non pajak. Penghasilan dari sumber pajak meliputi berbagai sektor perpajakan antara lain diperoleh dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu faktor pemasukan bagi Negara yang cukup potensil dan kontribusi terhadap pendapatan negara jika dibandingkan dengan sektor pajak lainnya sangat besar. Strategisnya Pajak Bumi dan Bangunan tersebut tidak lain karena objeknya meliputi seluruh bumi dan bangunan yang berada dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).


Pentingnya pajak sebagai sumber pembiayaan pembangunan telah ditetapkan dalam berbagai produk perundang-undangan pemerintah, dalam neraca APBN misalnya telah ditentukan penerimaan Negara bersumber dari penerimaan dalam negara dan penerimaan pembangunan. Penerimaan dalam negeri terdiri atas penerimaan minyak bumi dan gas alam, selain dari itu adalah penerimaan migas dan penerimaan yang berasal dari pajak.

Penerimaan negara yang berasal dari pajak sebagaimana telah ditetapkan oleh undang-undang sudah menjadi kewajiban bagi seluruh masyarakat Indonesia. Pentingnya pajak tersebut terutama untuk pembiayaan pembangunan, hal ini tidak lain karena warga negara sebagai manusia biasa selain mempunyai kebutuhan sehari-hari berupa sandang dan pangan, juga membutuhkan sarana dan prasarana, seperti jalan untuk transportasi, taman untuk hiburan atau rekreasi, bahkan keinginan merasakan aman dan terlindung. Sarana dan prasarana berupa fasilitas umum tersebut untuk ketersediaannya hanya pemerintahlah yang bertanggung jawab untuk memenuhinya (Kunarjo, 1993:125).

Penyediaan kebutuhan seperti jalan, taman, sarana pelayanan umum lainnya memerlukan biaya yang dipungut dari warga negara/ masyarakat yang memanfaatkan dalam bentuk pajak. Pajak mempunyai fungsi antara lain untuk:
1. Penerimaan negara dalam rangka membiayai pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah;
2. Pemerataan pendapatan masyarakat;
3. Stabilitas ekonomi (misalnya pengendalian inflasi) dan pertumbuhan ekonomi.
Pajak sebagai penerimaan Negara tampaknya sudah jelas bahwa apabila pajak ditingkatkan maka penerimaan Negara pun meningkat, sehingga Negara dapat berbuat lebih banyak untuk kepentingan masyarakat. Sebagai pemerataan pendapatan masyarakat, kenyataan menunjukkan bahwa di kalangan masyarakat masih banyak terdapat kesenjangan antara warga negara yang kaya dan yang miskin. Pajak adalah salah satu alat untuk dapat meredistribusi pendapata dengan cara memungut pajak yang lebih besar bagi warga yang berpendapatan tinggi dan memungut pajak yang lebih rendah bagi warga yang berpendapatan kecil.

Sehubungan dengan hal ini cara memunut pajak sebagaimana dikemukakan Kunarjo (1993:126) dapat dibagi tiga yaitu: (1) Progresif, yaitu memungut pajak dengan presentase dengan meningkat sesuai dengan cakupan penerimaan yang makin meningkat. Dengan demikian secara relatif maupun absolut kelompok masyarakat yang berpendapatan tinggi dibebani dengan pajak yang lebih besar, (2) Degresif, yaitu pemungutan pajak dengan presentase yang maik menurun pada cakupan masyarakat yang pendapatannya makin meningkat. Pada kategori ini, walaupun berpendapatan tinggi, mereka dibebani pajak relatif lebih kecil tetapi secara absolut jumlahnya lebih besar, (3) Proporsional, yaitu membagi pajak dengan persentasi yang sama pada setiap tingkat pendapaatan. Ini berarti bahwa secara relatif seluruh masyarakat wajib pajak dibebani dengan persentase sama tetapi secara absolut kelompok berpendapatan tinggi dibebani pajak yang lebih besar.

Jenis pajak yang diperhitungkan pada sisis penerimaan dalam APBN antara lain pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, bea masuk, cukai, ekspor, pajak bumi dan bangunan, pajak lainnya dan penerimaan bukan pajak. Khususnya untuk pajak bumi dan bangunan sebagian besar penerimaannya merupakan pendapatan daerah. Objek yang dikenakan pada pajak bumi dan bangunan ini adalah nilai jual objek pajak bumi dan bangunan. Pungutan yang dilakukan oleh pemerintah dilakukan pembagian sebagaimana diatur oleh undang-undang yaitu bagi pemerintah kabupaten, provinsi dan pemerintah pusat.

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi objek pajak bumi dan bangunan adalah bumi dan/atau bangunan, sehingga hal ini tidak jauh berbeda dengan Ipeda. Yang dimaksud dengan bumi adalah permukaan dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah, perairan, pendalaman serta laut wilayah Indonesia. Sedangkan yang dimaksud dengan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah dan atau perairan-perairan. Disamping itu yang disebut subjek pajak bumi dan bangunan adalah badan yang secara nyata: (1) Mempunyai suatu hak atas bumi dan atau mempunyai manfaat atas bumi; (2) Memiliki, menguasai dan akan memperoleh mafaat atas bangunan.
Berkaitan dengan penerimaan pajak bumi dan bangunan yang diperoleh oleh daerah, sebagaimana banyak terlihat masih banyka kekuranga-kekurangan yang ada di dalamnya terutam amasih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembayaran pajak bumi dan bangunan yang menjadi kewajibannya. Sejalan dengan hal tersebut pemerintah sering melakukan suatu teknik pemberian motivasi pada pemerintah bawahannya seperti camat, kepala lurah dan desa dengan memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil memenuhi target pencapaian pajak bumi dan bangunan dalam tahun pajak berjalan. Namun berkaitan dengan hal tersebut, banyak kejanggalan yang ditemukan di lapangan dan sudah menjadi rahasian umum seringkali kepala desa/lurah melunasi sendiri pajak bumi dan bangunan dari uang pribadi atau kas desa untuk menutupi kekurangan pembayaran pajak bumi dan bangunan sebelum masa akhir pembayaran pajak.

Kondisi demikian menunjukkan bahwa masih rendah partisipasi masyarakat dalam pembayaran pajak bumi dan bangunan. Sejalan dengan gejala-gejala tersebut, hal demikian ditemukan di Desa Persiapan Salohe Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai. Dari observasi awal yang dilakukan ditemukan bahwa pembayaran pajak bumi dan bangunan 3 tahun terakhir mencapai target, dan seringkali untuk menutupi kekurangan tersebut kepala desa menggunakan uang pribadinya untuk membayar pajak bumi dan bangunan sambil menunggu pembayaran dari masyarakat.

Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembayaran pajak bumi dan bangunan dapat disebabkan oleh banyak faktor antara lain seperti kurang pahamnya masyarakat terhadap arti dari pada pajak bumi dan bangunan dalam pembiayaan pembangunan, kurangnya bukti nyata dari pajak yang dibayarkan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kurang giatnya aparat dalam melakukan penagihan dan sikap apatis dari masyarakat itu sendiri dalam membayar pajak, selain dari itu kadang kala wajib pajak sulit dijangkau karena tidak lagi berdomisili di Desa Pesiapan Salohe.

Berdasarkan pada fenomena berkaitan pajak bumi dan bangunan tesebut,menurut M.Arifin (2000:9) kurang optimalnya penerimaan disebabkan oleh banyak faktor antara lain (1) Kemampuan sumber daya manusia; (2) Sarana dan prasarana; (3) Kepemimpinan; (4) Koordinasi dan pengawasan; (5) Kondisi tempat tinggal; (6) Kondisi sosial ekonomi. Berkaitan dengan fenomena di atas, maka menarik dilakukan pengkajian tentang “Efektivitas Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Persiapan Salohe Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai”.
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini